PENGARUH LINGKUNGAN DAN BAWAAN DALAM PENDIDIKKAN ANAK SEBAGAI PROSES PERKEMBANGAN
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
PENGARUH
LINGKUNGAN DAN BAWAAN
DALAM PENDIDIKKAN ANAK SEBAGAI PROSES PERKEMBANGAN
Di buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
Penyusun
: Ali Mustajib (
1111442)
Ahmad Syakur ( 1111443)
H. Abdul Wahid ( 1111444)
Dosen Pengampu : Drs. H. Muh Habib, MM.
Prodi : Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH
TINGGI ISLAM KENDAL
TAHUN
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada masa sekarang ini, Indonesia sedang
mengalami transformasi besar-besaran, baik akibat perubahan kondisional,
seperti pertambahan jumlah penduduk yang luar biasa, maupun interaksi yang
intensif antara kebudayaan asli dengan kebudayaan mancanegera, khususnya
melalui jaringan telekomunikasi yang sangat canggih seperti, televisi dan
internet.
Perubahan penduduk yang pesat telah
membawa dampak perubahan perilaku yang dahsyat. Semula, komunitas primordial
dapat memenuhi kebutuhan pokok anggota-anggotanya. Kini, pertambahan penduduk
yang pesat menghancurkan kepentingan komunitas tersebut.
Kemudian implikasi dari purubahan ini
sangat berpengaruh dengan factor yang menyebabkan perubahan sikap dan tingkah
laku pada anak. Terutama pada masa-masa pendidikan. Pada masa seperti inilah
anak biasanya mendapati perubahan yang siknifikan terhadap pola fikir dan
perkembangannya.
Disamping itu sikap dan perilaku yang di
timbulkan juga sangat mencolok. Namun hal tersebut masih bisa di tolerir dengan
kita secara tidak langsung tahu dan mengerti gejala apa saja yang menyebabkan
perubahan tingkahlaku dan sikap dari anak tersebut apakah factor dari bawaan
atau lingkungan yang mempengaruhi.
Karena Interaksi ini terjadi pada hampir
semua sektor kebudayaan, seperti ekonomi, sosial, politik, juga pada agama, filsafat,
ilmu pengetahuan dan kesenian. Perubahan ini tidak bisa dianggap sebagai
perubahan yang serasi, selaras dan seimbang, tetapi lebih berupa konflik.
Pada makalah ini kita akan membahas
bagaimana ada apa saja factor yang menyebabkan perubahan tersebut. Tidak harus
saling menyalahkan satu sama lain tentang perubahan yang terjadi pada anak
dalam pendidikannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan Teoritis
1.
Lingkungan
Lingkungan menurut definisi umum yaitu
segala sesuatu disekitar subjek manusia yang terkait dengan aktifitasnya.
Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan : tanah, udara, air,
sumber daya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor
tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan
bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, dan menggerakkan sumber daya
manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang
telah ditetapkan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah
belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula
yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman, karena dengan
lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia
tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena
lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
2.
Faktor Bawaan ( keturunan )
Keturunan merujuk pada faktor genetika
seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi
otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang
pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi
oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis,
psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang
berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor
keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar
pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak.
Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar
ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam
berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan
dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan
bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat
dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa
beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang
memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih
dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan
secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri
perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara
anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga
memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan
kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang
dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan
kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan
saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
2.2
Pembahasan
1.
Faktor
Hereditas ( Keturunan / Pembawaan )
Faktor hereditas merupakan factor
pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas
diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua
kepada anak atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi ( pembuahan ovum oleh sperma ) sebagai pewarisan
dari pihak orang tua melalui gen – gen.
Setiap individu yang lahir ke dunia
dengan suatu hereditas tertentu. Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak
lahir “specific genen. Bawaan/warisan atau hereditas tersebut berasal dari
kedua orang tuanya (Genes) dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai
ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau kakek-nenek.
Warisan atau turunan tersebut yang terpenting, antara lain: bentuk
tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat, sifat-sifat, dan penyakit.
Mengetahui sifat atau watak anak
mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya. Misalnya, anak yang penakut
perlu dibangkitkan semangatnya agar menjadi berani mengemukakan pendapatnya.
Demikian pula dengan anak yang merasa minder, perlu dibangkitkan rasa harga
dirinya agar jiwanya tidak semakin
tertekan.
Intelegensi adalah kemampuan yang
bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis
seperti: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa
dan sebagainya.
Sebagai contoh yang dapat diambil,
contoh seorang anak kecil berumur empat tahun sedang bermain di taman bunga. Ia
melihat bunga-bunga berwarna-warni, lari mengejar kupu-kupu, mencium
bunga-bunga itu, dan sebagainya. Tindakan-tindakan itu masih berkadar intelegensi
yang rendah karena unsure rasionya juga rendah. Akan tetapi anak yang lebih
besar, misalnya sudah berumur tujuh tahun, ia menghitung berapa macam bunga
yang ada di taman itu dan apa saja warnanya. Tindakan kedua ini sudah lebih
berintelegensi daripada yang pertama. Anak yang sudah SMP mungkin sudah dapat
menyebutkan warna bunga-bunga itu satu per satu, mengetahui golongan rumpun apa
berikut nama Latin mereka. Sementara itu, seorang insinyur pertanian mampu
mengadakan perkawinan silang antara bunga-bunga
tersebut.
Bakat adalah kemampuan khusus yang
menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan
khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya
kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga,
matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, social, agama, dan sebagainya.
Seseorang umumnya memiliki bakat tertentu yang terdiri dari satu atau lebih
kemampuan khusus yang menonjol dari bidang lainnya. Tetapi ada juga yang tidak
memiliki bakat sama sekali, artinya dalam semua bidang ilmu dan keterampilan
dia lemah atau sedang. Ada pula sebagian orang memiliki bakat serba ada,
artinya hampir semua bidang ilmu dan ketrampilan, dia mampu dan menonjil. Orang
seperti itu tergolong istimewa dan sanggup hidup di mana saja.
Bakat
sebagaimana halnya dengan intelegensi merupakan warisan dari orang tua,
nenek, kakek dari pihak ibu dan bapak. Warisan dapat dipupuk dan dikembangkan
dengan bermacam cara terutama dengan pelatihan dan didukung dana yang memadai.
Seseorang yang memiliki bakat tertentu sejak kecilnya, namun tidak memperoleh
kesempatan untuk mengembangkannya sebab tidak memiliki dana untuk latihan, maka
bakatnya tidak dapat berkembang. Hal seperti ini dikatakan bakat terpendam.
2.
Faktor
Lingkungan
Faktor lain yang
memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di
mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok
sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor
lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai
contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring
berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur
mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya,
orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi,
kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka
melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang
tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang
dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama,
serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
Lingkungan sangat berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan
membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga
bermain sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya
bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan
rohaninya.
Keluarga, tempat anak diasuh dan
dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya,
terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam
merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak.
Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap
perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan
formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan
latihan dalam rangka membantu siswa agara mampu mengembangakan potensinya, baik
yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan anak antara lain adalah :
a.
Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat
tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi
orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangan
jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak
yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila
dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua
perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan
masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
b.
Teman
Kelompok teman sebaya mempunyai peranan
yang cukup penting terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur
masyarakat. Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam
pengalamannya bergaul dengan teman sebaya adalah Social cognitium : kemampuan
untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan
orang lain. Kemampuan memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat
remaja untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya(
sigelman&Shaffer, 1995: 372-376). Konformitas : motif untuk menjadi sama,
sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran(hobi), atau budaya
teman sebayanya.
c.
Keadaan
Alam
Kedaan alam sekitar tempat tinggal anak
juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal
manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan
daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat
tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung
bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang
tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas.
Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam
yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan
anak.
3.
Peranan
Hereditas dan Lingkungan
Antara hereditas dan lingkungan terjadi
hubungan atau interaksi. Setiap faktor hereditas beroperasi dengan cara yang
berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula.
Selain dengan interaksi, hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula
digambarkan sebagai additive contribution. Menurut pandangan ini, hereditas dan
lingkungan sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan
bahkan juga tingkah laku individu secara jointly (bersama-sama). Pertumbuhan
dan perkembangan memerlukan kondisi kesehatan jasmani dan rohani anak.
4.
Implikasi
Bagi Kegiatan Belajar Mengajar
Hal yang perlu disadari bahwa
perkembangan biologis dan perseptual anak itu memiliki keterjalinan dengan
aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya permasalahan-permasalahan yang
terjadi dalam perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif
terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Oleh karena itu, agar pendidik
memberikan perhatian yang cukup terhadap aspek perkembangan fisik dan
perseptual anak.
Implikasi bagi penyelenggaraan
pembelajaran. Anak SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya daripada anak usia
sebelumnya. Tetapi, kondisi fisik mereka masih jauh dari matang dan masih terus
berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak, baik untuk
peningkatandan pengayaan ketrampilan-ketrampilan motoriknya maupunpemenuhan
kebutuhan gerak dan kesenangan mereka. Oleh karena itu, perlu pembelajaran
sesuai karakteristik kebutuhan fisik dengan cara memberikan bamyak kesempatan
kepada anak untuk memfungsikan unsur-unsur fisik atau aspek perseptualnya. Cara
pembelajaran: programnya disusun secara sederhana serta memperhatikan perbedaan
individual anak, tidak dilakukan secara monoton, dan melibatkan penggunaan
berbagai media dan sumber belajar.
Implikasi bagi penyelenggaraan
Pendidikan Olahraga. Program pendidikan olahraga yang rutin dan teratur sangat
diperlukan bagi anak SD. Olahraga penting untuk merangsang perkembangan fisik
dan perseptual anak. Dua hal yang perlu dijadikan dasar dalam penyelenggaraan
program olahraga anak SD. Pertama, pada usia SD sistem otot dan lemak anak
mulai berkembang sehingga anak menguasai gerakan-gerakan secara relatif
sempurna. Kedua, dunia anak adalah dunia gerak dan bermain.
Implikasi bagi pemeliharaan kesehatan
dan nutrisi anak. Kesehatan merupakan faktor utama pertumbuhan fisik anak. Anak
yang sering sakit akan mengalami gangguan dan keterlambatan dalam pertumbuhan
fisiknya.penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD perlu difahami
dan diterapkan sejak dini. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara
menyeluruh mulai dari kebersihan pakaian dan tubuh, kebersihan makanan,
pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar, serta mendisiplinkan diri untuk
tidak membuang sampah sembarangan. Di pihak lain, makanan yang mengandung gizi
secara seimbang juga merupakan aspek penting dalam perkembangan anak, yaitu
makanan empat sehat lima sempurna.
5.
Cara
penanganan dalam pendidikan
Guru dan orang tua yang bijaksana akan
mengajar dan mendidik anaknya dengan cara yang paling sesuai dengan keunikan
anak. Sebab itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui kebutuhan anak pada
setiap tahap perkembangannya. Seorang tokoh psikologi perkembangan kognitif
bernama Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak.
Selain itu, Piaget juga menganggap bahwa
belajar adalah proses yang aktif dimana seorang anak berinteraksi dengan
lingkungannya untuk memecahkan atau mengatasi persoalannya. Anak bereksplorasi
dan menjelajahi dunianya untuk menemukan pengetahuan demi pengetahuan. Pada
awalnya proses berpikir anak sangat sederhana. Namun, semakin lama semakin
kompleks.
Oleh karena itu, menurut Piaget, tugas
guru bukanlah memberikan pengetahuan kepada anak, melainkan mencarikan,
menunjukkan atau memberikan saran yang merangsang minat anak untuk menemukan
pengetahuan guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Tugas ini
kelihatannya sederhana, namun sesungguhnya bukanlah tugas yang mudah.
Jadi tidak ada cara atau metode yang
lebih baik yang sesuai untuk semua anak. Metode tertentu sesuai untuk anak 3
tahun, namun tidak tepat untuk remaja. Dengan demikian, kita perlu mencermati
metode mengajar yang sesuai untuk setiap tahap perkembangan anak.
2.3
Kesimpulan
Dari uraian penjelasa di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa factor yang sangat paling berpengaruha dari perubahan
tingkahlaku anak adalah factor lingkungan dengan alasan bahwa karena factor lingkungan adalah factor
yang paling dominan dalam perkembangan anak. Factor inilah yang perlu kita kaji
dan kita teliti sebagai seorang pendidik.
Dilihat dari asal muasalnya factor
keturunan hanya meliputi faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik, bentuk
wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan reflek. Namun ada juga yang
berpendapat bahwa factor yang menentukan kepribadian dari seorang anak yaitu
ada tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas
terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan
kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari
perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang
dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari
waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Namun pada
implikasinya factor lingkunaglah yang sangat berpengaruh Faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya
membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu
sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya
memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan anak antara lain adalah : Masyarakat Teman Keadaan
Alam
Assalamualaikum..
BalasHapusterimakasih share ilmunya ya admin, makalahnya sangat membantu sbg reverensi utk tugas psikologi pendidikan :)